Artikel Renungan – Ada istilah ‘Bos Juga Manusia’. Segalak – galaknya pimpinan, pasti akan luluh juga. Itulah yang dipercayaki oleh Rani ketika menghadapi bosnya di perusahaan jasa periklanan internasional, Bu Elsi.
Rani baru beberapa kali saja bekerja di perusahaan tersebut. Ini pekerjaan pertamanya semenjak ia lulus kuliah satu bulan yang lalu. Dia merasa beruntung dapat mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, kendati pada mulanya merasa tegang pada saat menghadapi test interview yang dilakukan secara langung oleh Bu Elsi yang memang terkenal galaknya itu.
Dia harus menjawab sejumlah pertanyaan dalam bahasa Inggris. Belum lagi pertanyaan – pertanyaan jebakan yang diajukan, seperti “Apa kelemahan anda?” Beruntung jawaban “Kelemahan saya adalah terlalu perfeksionis”, nampaknya membawa ‘angin segar’ bagi dirinya, Rani pun akhirnya diterima di perusahaan periklanan tersebut yang sudah memiliki nama baik di dalam maupun luar negeri.
Hari pertama di kubikelnya, teman sebelahnya, Bima sudah berujar “Hati – hati sama bos kita. Dia galak sekali. Kamu sudah pernah merasakannya bukan?”
Rani mengangguk. Baru sahaja ia membayangkan wajah bosnya itu, tiba – tiba bos nya itu sudah keluar dari ruangannya sembari memegang lembaran kertas dan berteriak, “Heiii! Ira! mana Iraaaa??”
“Saya, Bu!” Jawab Ira dengan tergagap.
“Apa ini, proposal iklannya Jelek!!! Buat lagi! teriak Bu Elsi membahana sembari melemparkan lembaran kertas itu ke udara. Ira terpogoh – pogoh berusaha menangkapnya sementara Bu Elsi kembali masuk ke ruangannya sambil membanting pintu.
“Huh, dasar nenek sihir!” maki Ira sambil membawa kertas – kertas itu dan duduk kembali ke tempat duduknya, sementara Rani terbengong melihat kejadian yang baru saja dilihatnya. Jadi, inikah bos yang harus dihadapinya? Dan Rani baru saja merasa bahwa ia telah masuk ke sarang macan.
“Aku juga bilang apa. Dia galak, kan? Nenek sihir aja kalah” Bisik Bima sembari geleng kepala.
Rani terdiam dan bertanya, Bagaimana mungkin orang secantik Ibu Elsi bisa begitu galaknya? Tubuhnya tinggi semampai, rambutnya lurus sebahu model bob klasik. Dia biasa berbusana serba hitam, kalung berwarna perak, serta sepatu hak tinggi lancip. Sungguh modis! Belum lagi wajahnya yang tirus dengan rahang – rahang tinggi, hidung mancung dan bibir tebal berpoleskan lipstik merah. Sungguh cantik dan modern.
Rani melihat ke sekeliling. Seluruh isi ruangan tampak serius di depan komputer masing – masing. Namun wajah – wajah mereka seperti di tekuk. Sebagai karyawan baru, ia merasa dunia kerja berbeda seratus delapan puluh derajat. Dulu, kehidupan kampus selalu seru dengan tawa, walau penuh dengan PR dan tugas.
Artikel Renungan – Kisah si Bos Yang Galak
“Selamat pagi semua!” Sapa Rani di kantor.
“Pagi” jawab Bima pendek. Yang lain diam saja.
Tangan kiri Rani menenteng pohon kaktus dalam pot kecil dan tas kerja, sementara tangan kanannya membawa boneka bulat kuning berbentuk ikon Smiley. Setelah meletakkan bawaannya di meja kerja, dia menyalakan komputer dan berjalan ke arah Ira.
“Ira, in aku bawain kamu boneka Smiley. Ia akan senyum terus ke kamu” kata Rani sambil mengulurkan boneka itu.
Ira menerima boneka itu dengan keheranan, “Baik banget kamu?”
Rani tersenyum, lantas berkata “Habis kantor ini agak membosankan. Plus kalian semua mejanya sepi dan jarang senyum”
“Ya, gimana mau senyum kalau punya bos macam ibu Elsi” sahut Agnes yang duduk di sebelah Ira.
“Kenapa sih Bu Elsi bisa judes gitu? Tanya Rani
“Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang” Sahut Ira sekenanya.
Kemudian Rani pun menanyakan alasannya mengapa Bu Elsi bisa begitu galak namun teman – teman kerjanya tak ada satupun yang mengetahuinya karena rata – rata mereka hanya tahu bahwa semuanya sudah pernah menerima perlakuan demikian sejak pertama mereka masuk perusahaan itu, meskipun pada hari ulang tahunnya, Ibu Elsi masih kerap membawa kue ultah ke kantor meskipun tanpa nyanyian dan tiup lilin.
Setelah itu Ira mempunyai ide untuk membelikan Rainbow Cake untuk ibu Elsi yang ultahnya sudah dekat, alias minggu depan dengan maksud untuk memberi sedikit perayaan kecil – kecilan untuk bos-nya bersama dengan karyawan lain. Intinya untuk membagi kegembiraan bersama dengan bos mereka.
—
Pada hari H, Rani membawa kue rainbow cake yang ia beli pagi hari sekali sebelum tiba ke kantor. Beruntung ada toko kue yang sudah buka dipagi hari sekali. Kue Rainbow cake dengan tulisan Happy Birthday berikut tulisan nama Bu Elsi terukir pada kue tersebut, dihiasi oleh 10 batang lilin berwarna – warni. Oleh karena, Rani tak tahu usia Bu Elsi yang sebenarnya, maka ia tak meletakkan lilin usia pada kue tersebut.
Semua karyawan terkejut dengan ‘ide gila’ Rani yang berani membawa kue ulang tahun, namun Rani beranggapan bahwa dibalik kegalakan bu Elsi tentunya ada sebabnya, dan yang terpenting adalah dapat membuatnya tersenyum walau untuk hari ini saja.
Setelah bersama – sama membuat rencana mengenai bagaimana menyerahkan kue tersebut, akhirnya sepakat untuk mengetuk pintu ruangan ibu Elsi dan beramai – ramai menyanyikan lagu ‘Happy Birthday“
Rencana pun di eksekusi…
Tentu saja, Ibu Elsi terkaget – kaget melihat hal ini dan berkata, “Apa – apaan ini? Saya kan sudah bawa bolu!” ujarnya.
Semua karyawan diam membisu dan melirik ke Rani. Tatapan bu Elsi pun mengarah ke Rani.
“Selamat ulang tahun, Bu Elsi, tolong di tiup lilinya” Ujar Rani kalem.
Bu Elsi sejenak melirik 10 batang lilin di atas kue dan memejamkan mata, lalu berkata pelan, “Sepuluh.. dia meninggal saat sepuluh tahun” ucapnya lirih.
“Siapa yang meninggal bu?” tanya Rani.
“Anak saya satu – satunya’ balasnya.
Semua karyawan saling berpandangan dan mulai mendengarkan cerita masa lalu Bu Elsi yang ternyata memiliki seorang putra yang meninggal 8 tahun lalu karena kanker. Anak bu Elsi yang seharusnya sudah masuk ke bangku kuliah ternyata harus di panggil oleh Yang Maha Kuasa dengan usia yang sangat muda. Hal tersebut membuat Bu Elsi berwatak keras dengan bekerja keras pula, sehingga temperamennya pun ikut meningkat.
Setelah merasa terhibur dengan acara kecil – kecilan tersebut, membuat bu Elsi dapat tersenyum dan tertawa ketika melihat Bima yang secara tidak sengaja menumpahkan kue ulang tahun ke baju bu Elsi, karena teringat akan kebiasaan anaknya yang sering menumpahkan kue ke baju nya ketika masih kecil.
—
Cerita ini dikutip dari buku ‘Cerita Di Balik Noda‘ yang memberi pesan dan makna kepada kita semua tentang pentingnya arti membagi kebahagiaan kepada semua orang, siapapun itu tanpa keraguan apapun, seperti yang dilakukan oleh Rani. Apa yang telah dilakukan oleh Rani dapat mengubah kepedihan menjadi kebahagiaan sesaat orang yang selama ini selalu bersikap tidak menyenangkan.
diambil dari artikel RENUNGAN - KISAH S BOS YANG GALAKK ...